Smith’s Wealth of Nation
Buku 1: Faktor-faktor penyebab peningkatan produksivitas tenaga kerja dan bagaimana produksi didistribusikan (pembagian tenaga kerja, market sebagai batas pembagian tenaga kerja, harga).
Buku 2: Penggunaan dan proses akumulasi stok (pembagian stok, uang sebagai bagian dari stok, akumulasi capital, stok yang dipinjamkan dan bunga).
Buku 3: Pertumbuhan ekonomi yang berbeda antar Negara (peran perdagangan, kota dan turunnya peran sector pertanian).
Buku 4: Sistem ekonomi politik (proteksi merkantilis).
Buku 5: Penerimaan Negara (public goods, utang).
Diagram Pemikiran Ekonomi Klasik
Wealth of Nation
↓
Output = f (capital, labor,land)
≠
Akumulasi Uang Emas ala Merkantilis
↙ ↓ ↘
Capital payment (profit/interest) Labor payment (wages) Land payment (rents)
Peran Pemerintah
Pembagian Tenaga Kerja
Pembagian tenaga kerja menyebabkan peningkatan produktivitas tenaga kerja. Secara lebih spesifik, pembagian tenaga dapat:
1.Meningkatkan keahlian
2.Mempersingkat waktu
3.Mendorong inovasi mesin-mesin
Pembagian tenaga kerja lebih sering terjadi pada manufaktur daripada pertanian. Karena itu Negara maju sering ditandai oleh kemajuan sector manufakturnya.
Meningkatnya produksi mendorong munculnya pedagang-pedagang dan kemajuan transportasi.
Dasar Pembagian Tenaga Kerja
Pembagian tenaga kerja muncul dari dorongan manusia untuk dapat meningkatkan utility dan melakukan pertukaran.
Pertukaran didasari atas prinsip give and take (self interest), bukan benevolence. Smith mengatakan bahwa hanya pengemis bersandar sepenuhnya pada benevolence.
Semakin berbeda karakteristik kedua orang/Negara, perdagangan menjadi semakin menguntungkan karena seseorang dapat membeli produksi orang lain.
Pembagian Tenaga Kerja Dibatasi oleh Pasar
Karena pertukaran mengiringi pada pembagian tenaga kerja, maka pembagian tenaga kerja dibatasi oleh pasar. Jika pasar terlalu kecil, maka menjadi tidak ekonomis bila dilakukan pembagian kerja.
Ada beberapa industry yang hanya dapat dilakukan di kota besar. Karena itu peran water-carriage penting sekali untuk menghubungkan antar market di seacoast yang semula tak terhubung dan menjadi meluas ke inland dengan pelayaran sungai atau inland-carriage.
Jika tidak ada perdagangan antar pulau, maka produksi akan proporsional dengan pendapatan dan jumlah penduduk negeri itu.
Asal dan Penggunaan Uang
Awalnya adalah barter, komoditi to komoditi. Karena tidak praktis maka berubah menjadi komoditi ke uang.
Uang pada awalnya adalah logam berharga, tanpa stempel. Logam lebih divisible daripada komoditi. Tapi kemudian ada masalah dengan akurasi timbangan, kualitas dan skala. Akhirnya dikeluarkan uang koin dengan stempel. Uang adalah instrument perdagangan yang vital.
Ketika melakukan pertukaran perdagangan ada dua arti “nilai”: nilai dalam pertukaran vs nilai dalam penggunaan (paradox air-berlian). Nilai pertukaran ditentukan oleh kelangkaan.
Akumulasi Stok
Jika tidak ada pembagian tenaga kerja, maka pertukaran akan jarang dilakukan sehingga tidak ada insentif untuk mengakumulasikan stok.
Jika ada pembagian tenaga kerja, maka seseorang hanya memproduksi sebagian kecil yang ia perlukan, dan sisanya diproduksi oleh orang lain melalui perdagangan.
Akumulasi stok diperlukan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja karena stok capital at some extent adalah koplemen labor.
Stok tercipta bila ada kelebihan produksi over konsumsi. Stok yang menghasilkan revenue disebut capital. Sedangkan stok yang dicadangkan untuk immediate consumption bukanlah capital.
Kapitalisme
Tidak ada prosedur formal-bahkan pada tingkat yang paling abstrak sekalipun-untuk menspesifikasi esensinya.
Kapitalisme adalah semacam netherworld (dunia maya, dunia tidak nyata) yang melingkungi aktivitas bisnis. Dunia maya ini kadang disebut sebagai invisible hand, market menchanism, etc yang menuju pada pertumbuhan.
Adam Smith menyebutkan bahwa proses ini berakhir pada pencapaian socially beneficial paths dimana individu-individu sendiri tidak pernah menyadarinya ketika ia mengumpulkan material wealth.
Wealth dari Surplus Produksi
Elemen yang paling utama dari kapitalisme adalah dorongan untuk mengekstrasi wealth dari aktivitas produktif masyarakat dalam bentuk capital.
Surplus adalah perbedaan antara volume produksi yang dibutuhkan untuk me-maintain pekerja dengan volume produksi yang dihasilkan oleh pekerja.
Dalam precapitalis societies surplus adalah “wealth” dalam bentuk karakteristik fisik tertentu atau menggunakan istilah Smith segala sesuatu yang memiliki nilai penggunaan (use values).
Dalam kapitalisme wealth adalah alat untuk mendapatkan lebih banyak wealth lagi. Capital bukanlah sekedar uang untuk membeli barang-barang yang digunakan untuk produksi.
Sirkuit M-C-M
Capital adalah continous transformation dari MCM (money-commodity-money). Jadi ia adalah proses repretitif dan ekspansif.
Proses ini dilakukan lewat organisasi perdagangan dan produksi.
Keberadaan fisik dari capital justru merupakan kendala yang mesti dihilangkan dengan mengkonversi komoditi kembali menjadi uang. Meski komoditi ini dijual, uang yang dihasilkan tidak dianggap sebagai produk/hasil akhir, namun harus dilihat sebagai sebuah tahapan dari siklus yang tak berakhir.
Kapital dan Dominasi
Aspek kritis dari uang atau capital tidak terletak pada hak pemilik untuk menggunakannya; namun pada hak untuk menahan penggunaannya ketika pemilik menghendakinya.
Hak inilah yang membuat kapitalis menjadi dominan dalam dunia perdagangan dan produksi dimana mereka memegang otoritas atas perluasannya.
Dominasi capital berbeda dengan dominasi militer, gereja, dll. Dominasi capital oleh seseorang yang memiliki seluruh capital namun ia menolak menjual produknya atau menolak memperkerjakan manusia dapat menyebabkan pekerja-pekerja mati kelaparan.
Alasan Akumulasi Kapital
Manusia memiliki dorongan akan prestige dan distinction. Dorongan untuk memperoleh prestige objects meskipun necessary, bukanlah kondisi yang suffient bagi dorongan akan wealth (capital).
Prestige dan distinction memperbesar dan memberikan status bagi pemiliknya, namun ia belum tentu memberikan kemampuan memaksa kepada orang lain.
Wealth berbeda dari prestige goods karena pemiliknya mempunyai kemampuan untuk mengarahkan dan memobilisasi aktiitas masyarakat, meskipun ia mungkin tidak memiliki reputasi atau otoritas politik.Wealth adalah power.
Pasar dan Ketertundukan Kapitalis
Mesti kapitalis memiliki kekuatan dominasi, ia adalah subordinate dari pasar atau pembeli. Pembeli harus dipuaskan agar kapitalis mendapatkan wealth.
Ketertundukan kapitalis pada pasar juga dapat dilihat dari besarnya tingkat upah, sewa, dan bunga yang ia harus bayar-yang kesemuanya ditentukan oleh pasar (price taker). Ini menjadi self-correcting power dalam system.
Di sisi lain pekerja-terutama di sector pertanian dan perkotaan yang tidak memilki akses langsung kepada sumberdaya-juga menerima upah yang ada untuk secure pekerjaan mereka. Jadi,kedua belah pihak sama-sama tunduk oleh pasar.
Harga menjadi semacam magnet yang mengarahkan perilaku pembeli dan penjual. Hasilnya adalah sebuah system yang koherensi dan kontinuitasnya tidak ditentukan dari atas ke bawah (central planning system, namun oleh self-guided aktivitas individu-individu.
Peran Negara
Negara berperan dalam pertahanan Negara meyediakan public goods/public works termasuk informasi , menjamin property rights,menyediakan hukum dan sanksi.
Peran Negara dalam rezim capital adalah sebagai defender dan promoter economic realms.
Jika rezim capital dicabut, maka Negara masih bisa berdiri. Tapi jika Negara dibubarkan, maka rezim capital tidak akan bertahan sehari sekalipun (Ini menunjukkan politics lebih dahulu daripada economic atau dominasi dulu baru eksploitasi).
Pre-kondisi Akumulasi Kapital
Kehendak untuk mencari profits adalah elemen sentral kapitalisme. Proses akumulasi terletak pada kemampuan kapitalis untuk mengekstrak profit dari system yang terletak pada kemampuannya dalam melegitimasi hak milik dalam produksi.
Hak-hak membutuhkan pembagian fungsi pendukung secara timbal-balik antara bisnis dan Negara. Ini adalah pre-kondisi untuk akumulasi.
Akumulasi Kapital
Akumulasi capital dimulai ketika masyarakat memasuki transisi menjadi industrial capitalism. Ini dilakukan dengan membangun fixed capitals seperti mesin-mesin dan peralatan, pabrik, jejaring transportasi dan energy, dan fasilitas riset.
Alasannya: kapitalis ingin meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan meningkatkan profitabilitas karena biaya per tenaga kerja menurun. Dengan biaya yang menurun, kapitalis dapat menginvasi pasar mengalahkan pesaing. Teknologi juga memungkinkan ia menemukan produk baru sehingga kapitalis dapat menghasilkan “rents” karena scarcity. Jadi logika akumulasi berawal dari kecendrungan yang sangat kuat bagi capital untuk mengikuti sirkuit M-C-M.
Berhentinya Proses Akumulasi Kapital
Proses akumulasi ini akhirnya melambat atau berakhir ketika produk ternyata tidak tepat dengan selera pasar atau sudah saturated.
Selain itu, bisa juga capital overused dalam ekonomi. Namun perlu diingat bahwa meskipun proses akumulasi ini terjadi terus-menerus, ia memiliki batasan, yang oleh Adam Smith disebut sebagai mencapai dataran (plateau).
Atau ada efek katastrofi yang muncul dari ketidakpuasan pekerja yang berujung pada kemarahan dan protes.
Evolusi Proses Akumulasi Kapital
Intensifikasi, ekstensifikasi sirkuit M-C-M bukan hanya ditandai dengan kecepatan perubahan teknologi, namun juga ukuran labor force yang diperjakan perusahaan.
Money-capital tidak lagi memiliki oleh orang per orang, namun sekarang diperbesar melalui penerbitan saham dan obligasi perusahaan.
Karakter manajemen dan pengawasan yang semula terletak pada seseorang entrepreneur sekarang dipisah-pisah berdasarkan fungsi khususnya.
Peran Pemerintah (Sekali Lagi)
Semakin besar akumulasi capital, semakin besar kekuatan kehancurannya (ketika gagal). Karena itu, kapitalis meminta peran pemerintah.
Kapitalisme akan berhasil jika mampu menyelesaikan ketidakstabilan internasionalisasi capital, inflasi, kerapuhan sosial dan ekologi, memanfaatkan fungsi Negara (Tapi ada kemungkinan juga terjadi government failure).
Jadi Negara kapitalis yang paling maju sekalipun mengadopsi control sosial.
Jadi Apakah Kapitalisme Itu?
Dilihat dari proses kemunculan dan pertumbuhannya, kapitalisme adalah bentuk sosial dimana di dalamnya akumulasi capital menjadi dasar organisasi dalam kehidupan sosiopolitik.
Akumulasi capital sendiri adalah proses sosial yang berkesinambungan dari money to commodity to money yang lebih besar lagi (M-C-M) yang didasari oleh kehendak individu untuk mengakumulasi wealth yang menjadikannya memiliki power, prestige dan dictinction sekaligus.
Suplemen
Makalah di atas adalah power point yang disampaikan oleh Ibu Denni Puspa Purbasari dalam diskusi bulanan Pasca Sarjana UGM “Great Thinker”. Acara ini merupakan acara rutin yang diselenggarakan di Perpustakaan Pasca Sarjana UGM dengan menghadirkan akademisi yang mumpuni di bidangnya. Dengan fasilitas ruangan yang nyaman, sertifikat diskusi, dan makanan ringan yang ekslusif menjadi diskusi menjadi menarik untuk diikuti.
Pada kesempatan itu yang menjadi moderator adalah bapak Arqom salah seorang staf pengajar di fakultas filsafat UGM. Dalam prolognya moderator menyampaikan ungkapan Prof. Mubyarto dalam sebuah diskusi, “Pembelajaran ekonomi di SMP dan SMA di Indonesia hanya mengungkap teori Adam Smith bahwa manusia adalah Homo Economicus, padahal Adam Smith juga membicarakan tentang karakteristik manusia sebagai Homo Religus.
Diskusi diawali dengan pemaparan ibu Denni yang menyatakan bahwa sekarang ini Ph.D di US tidak memberikan mata kuliah economics philosophy dan science philosophy. Tetapi lebih kepada materi-materi ekonomi dalam kaitannya dengan analisis premis-premis untuk mencapai konklusi dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Smith, tidak memunculkan kata capitalism dalam bukunya “Wealth of Nation”, tapi dia sering memakai kata capital. Buku Wealth of Nation sangat bersifat deduktif-positivistik. Menurut Smith, persaingan bebas akan menghasilkan spesialisasi yang nantinya akan meningkatkan produktifitas dan berakibatnya pada kestabilan harga.
Seseorang dikatakan kapitalis ketika ia terus mengakumulasikan kekayaannya (tidak menyimpannya) melalui usaha barang dan jasa. Karena memperebutkan pasar, sering terjadi “pembunuhan” antar kapitalis.
Dalam sebuah Negara, pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh factor capital dan teknologi. Pembagian kerja lebih besar di manufaktur (industry) daripada di bidang pertanian. Jepang bisa maju karena bisa memaksimalkan kemampuan SDMnya dalam menciptakan teknologi canggih, yang mempercepat dalam produksi barang dan jasa. Sedangkan capital merupakan berada di “ruang udara” yang nilainya terbatas untuk diperebutkan oleh masing-masing pihak.
Dalam sejarah ekonomi kita mengenal system Merkantilis, Klasik (Adam Smith, David Ricardo), Keynesian. Merkantilis berpendapat capital adalah emas (uang). Sehingga merkantilis sangat anti impor, karena impor mengharuskan kita untuk mengeluarkan capital (emas/uang). Sementara ekonomi klasik, sangat menganjurkan keseimbangan antara ekspor dan impor, sehingga masing-masing Negara dapat menghasilkan produk khas yang memungkinkan terjadinya kedinamisan perdagangan. Peran Negara menurut system ini harus minimal. Sementara Keynesian sangat mengedepankan campur tangan Negara dalam pengaturan ekonomi.
Keynesian sebenarnya hanya diperuntukan dalam pembangunan ekonomi jangka pendek (5 tahun) dalam rangka menjaga kestabilan ekonomi. Sedangkan system klasik baik untuk pertumbuhan ekonomi jangja panjang, karena memungkinan peningkatan pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya.
Upah pekerja dipengaruhi oleh besarnya capital dan jumlah tenaga kerja. Di Indonesia capital langka sehingga membuat upah menjadi murah. Karena capital rendah, kita mesti meminjam kepada pihak luar. Suku bunga pinjaman yang murah hanya ada pada Negara-negara maju, sementara Negara berkembang suku bunga pinjaman masih tinggi. Oleh karena itulah, mau tidak mau untuk menambah capital kita mesti berhutang kepada Negara-negara maju.
Unskill labor (tenaga kerja tak terampil) akan menjadi beban sosial. Sementara untuk menciptakan skill labor membutuhkan biaya yang mahal, berbeda dengan capital yang bisa ditingkatkan sampai limitless.
Menurut Smith, Negara berfungsi menciptakan iklim usaha yang kondusif. Negara harus menyediakan barang-barang yang tidak mampu diproduksi oleh pihak swasta, serta Negara harus menjamin property right setiap orang.
System ekonomi yang dipakai oleh satu Negara mesti diyakini dan disepakati oleh setiap elemen masyarakat (keyakinan sosial), terserah apapun bentuknya (mau kapitalis, sosialis atau Islam). Oleh karena itu menganti system ekonomi Negara bukanlah pekerjaan gampang dan sangat besar factor gamblingnya.
Negara kapitalis yang terkenal adalah Negara-negara di Eropa dan US. Meskipun sama-sama kapitalis, ada perbedaan diantara 2 kawasan itu. US memiliki struktur masyarakat yang egaliter, sehingga klas-klas sosial hampir tidak ada. Sehingga di US tidak terjadi permasalahan dengan pekerja (yang oleh Marx menjadi kunci utama dalam melawan kapitalis). Hal ini terjadi karena kelas pekerja diperlakukan sebagai patner pemilik perusahaan, sehingga konflik antara pekerja dan kapitalis hampir tidak ada. Lain hal dengan Eropa. Sejarah Eropa menceritakan bagaimana stratifikasi masyarakat sangat kental antara kaum Borjuis (bangsawan) dan kaum Proletar (rakyat miskin, petani, pekerja). Karena pekerja dieksploitasi sedemikian rupa maka sering terjadi konflik. Kelas pekerja dianggap berbahaya karena memiliki potensi untuk mengalahkan bangsawan di bidang ekonomi. Sehingga gerak mereka dibatasi dan diberikan perlakuan khusus untuk meredam mereka melalui penjaminan sosial. Kondisi ini memunculkan bentuk Negara welfare state di Eropa.
Apakah kapitalisme salah? Ini adalah pertanyaan menarik untuk dijawab. Banyak yang mengatakan bahwa kapitalisme anti humanis, menihilkan nilai-nilai kemanusiaann. Tetapi dalam bukunya Adam Smith tak pernah berorientasi untuk menindas orang lain. Perdagangan bebas yang diajukan Smith, beranjak dari asumsi akan terjadinya persaingan yang sehat diantara sesama pengusaha untuk menciptakan barang yang bagus dan murah untuk masyarakat. Sehingga kegiatan produksi dimaksudkan untuk menciptakan kebahagiaan bagi orang lain.
Dalam ekonomi ada hukum penawaran dan permintaan. Demand adalah kemampuan membayar, supply adalah kemampuan menyediakan barang. Hanya barang yang diproduksi dengan efisien sehingga bisa dijual murah yang akan laku di pasar. Sementara hanya orang-orang yang memiliki presensilah yang akan memiliki barang yang diinginkannya. Ketika ada ketimpangan pemilikan property, system pajak berfungsi untuk memperkecil ketimpangan itu.
Tenaga kerja sangat mudah dihasilkan. Di Eropa saat ini terjadi keenganan wanita untuk hamil sehingga pertumbuhan pendudukan rendah. Kenyataan ini menjadikan mereka membuat kebijakan membuka pintu bagi imigran. Ketika imigran yang masuk banyak yang unskill labor, yang terjadi adalah beban sosial Negara bersangkutan, hal inilah yang terjadi pada Perancis dewasa ini.
Terkait dengan Exxon Mobil yang memenangkan tender untuk ekplorasi minyak Indonesia, Ibu Denni menyatakan bahwa kita harus melihat tidak dalam pandangan sempit nasionalisme. Kenyataan membuktikan engineer kita terbatas kemampuannya. Kemampuan hulu Pertaminan tumpul. Hal ini disebabkan kebijakan pemerintah sejak 1975 yang menibobokan Pertamina dengan perannya lebih banyak sebagai kontraktor. Hari ini Pertaminan masih saja bergulat di bidang hilir dengan monopoli yang luar biasa. Persoalan kedua terkait Exxon adalah memang terjadi penawaran harga yang tidak sepantasnya. Yang salah bukanlah Exxon, tetapi pejabat-pejabat yang membuat kontrak dengan menjual asset Negara dengan mudah dan murah untuk mendapat cipratan hasil dari kong-kalingkong dengan Exxon Mobil. Ini telah menjadi penyakit sosial di Indonesia. Ketika menjual barang Negara, ditawarkan dengan harga yang murah. Sedangkan ketika membeli barang untuk Negara dengan harga tinggi.
Diskusi ini ditutup dengan pernyataan Ibu Denni “Korupsi sangat melukai keadilan ekonomi rakyat”. Demikianlah saya sajikan hasil diskusi “Memahami Kapitalisme Adam Smith” kepada pengunjung sekalian. Do’akan saya untuk bisa menyajikan berita dan tulisan-tulisan bermutu kepada pengunjung sekalian.
Oleh: Denni Puspa Purbasari, SE., M.Sc., Ph.D. (Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM)
SE : Jurusan Ilmu Ekonomi dan Pembangunan Fakultas Ekonomi UGM 1993
M.Sc : Departement Economic Illionis University US
Ph.D : Departement Economic Colorado University US
Terima Kasih
Merapi SInggalang, Senin 17 Desember 2007
0 komentar:
Posting Komentar