Ahad 4 November 2007 bertempat di aula kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta Jln. Cik di Tiro, keluarga besar IMM UGM mengadakan halal bi halal syawal 1428 Hijriah. Dihadiri sekitar 50 alumni dan kader, acara ini berlangsung hidup.
Pada kesempatan itu Ustadz Wawan Darmawan, Lc, M.Ag. dari Majelis Tarjih PP Muhammadiyah yang menyampaikan ceramah hikmah syawalan. Berikut akan saya sampaikan point-point penting yang beliau sampaikan.
Ceramah beliau diawali dengan kritik terhadap istilah syawalan. “Dalam Muhammadiyah tidak ada syawalan, tapi yang ada silaturahmi”, ujar beliau.
Suatu ketika Hudzaifah bertemu dengan Umar bin Khatab yang saat itu menjabat sebagai khalifah. Umar bertanya kepada Hudzaifah, “bagaimana keadaang engkau pagi ini wahai Hudzaifah?”. Hudzaifah menjawab, “ Pagi ini saya suka fitnah, membenci kebenaran, sholat tanpa wudhu’, di bumi ini saya punya dimana Allah di langit sana tidak memilikinya”. Mendengar perkataan seperti itu, spontan saja Umar marah. Tapi ia tidak berani meluahkannya, karena beliau tahu kedudukan Hudzaifah yang special di sisi Rasulullah.
Hudzaifah memang sosok yang unik di antara para sahabat. Beliau sering meneliti kebiasaan sahabat-sahabat yang lain kemudian mencatatnya. Hudzaifah memiliki kebiasaan yang lain dari sahabat yang lain. Beliau sering bertanya tentang kejahatan, dimana para sahabat lebih suka menanyakan hal kebaikan kepada Rasulullah (beliau mengatakan, saya menanyakan kejahatan agar bisa menjauhinya), dan kalau berbicara beliau sering memakai logika terbalik.
Dalam suasana hati yang tak enak di antara kedua sahabat yang mulia ini, datang Ali bin Abi Thalib. Umar menyampaikan peristiwa yang barusan terjadi. Beliau berharap Ali berpihak kepadanya. Tapi Ali malah tersenyum ketika Umar selesai bercerita. Semakin panas hati Umar.
Karena tak ingin terjadi salah paham antara Umar dan Hudzaifah, Ali pun menjelaskan tentang perkataan Hudzaifah. “Fitnah yang dimaksudkan oleh Hudzaifah adalah harta, anak. Saya pagi ini suka fitnah, maksudnya, saya pagi ini sedang menyukai anak dan mencari harta. Benci kebenaran, bukankah ada hadist yang menyatakan ‘Sorga, Neraka, Kiamat, Mati adalah haq’. Maksud beliau mengatakan pagi ini saya sedang benci kebenaran adalah saya tidak ingin segera mati. Sholat tanpa wudhu’? bukankah kata sholat bisa berarti do’a, salawat dan sembahyang. Yang dimaksud Hudzaifah dengan sholat tanpa wudhu’ adalah beliau bersalawat pada Nabi sementara keadaan beliau tiada berwudhu’. Sedangkan yang beliau maksudkan dengan saya punya di bumi ini sementara Allah tidak memilikinya di langit adalah anak dan istri, yang tentu tidak layak bagi Allah.”
Setelah mendengar penjelasan Ali tadi, barulah cair suasana dan kemarahan Umarpun mereda seketika.
Apa hikmah dari sepenggal cerita di atas?
1. Umar adalah seorang khalifah, cerdas, keras dan sahabat special. Namun beliau juga manusia biasa yang bisa salah. Kehebatan beliau adalah tidak menggunakan kekuasaannya untuk menghadang sahabat yang telah membuatnya marah. Hudzaifah adalah sahabat yang senantiasa mencatat perilaku masyarakat. Sehingga ketika ada orang yang Meninggal apabila Hudzaifah tidak menyolatkannya, maka Umar pun tidak ikut sholat, karena Hudzaifah memiliki pengetahuan tentang keberadaan orang-orang Munafik di Madinah. Dua sosok sahabat ini punya dua perbedaan karakter, namun dalam hati mereka merekat kuat, terjalin relasi yang erat meski berbeda pandangang dan sifat.
2. Silaturahmi penting dalam rangka menjernihkan persoalan dan menghilangkan su’udzan. Memaafkan tidaklah sekedar berjabat tangan. Tapi adanya hati yang lapang untuk menerima keberadaan orang lain yang berbeda dengan kita.
Menurut Ustadz Wawan, munculnya aliran-aliran sesat belakangan ini, tidak lepas dari factor kurangnya silaturahim di antara umat Islam. Sehingga Mahasiswa Muhammadiyah harus mampu berkiprah di masyarakat, menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat seraya berdakwah menyampaikan kebenaran Muhammadiyah.
Itulah ceramah yang disampaikan oleh Ustadz Wawan Darmawan, yang berasal dari tanah sunda. Setelah hikmah syawalan acara dilanjutkan penyampaikan kilas sejarah IMM UGM oleh bapak dr. Muhammad Was’an ketua IMM UGM tahun 1967 dan Mas Arif Nurcholis ketua IMM UGM tahun 2001-2003.
Adzan Dzuhur pun bergema, seiring dengan itu berakhir pula acara halal bi halal IMM UGM pada hari itu….
0 komentar:
Posting Komentar